Skip to main content
18 Agustus 2025
# Topik
Ayo Terhubung

Berhenti Upload Foto Pribadi ke ChatGPT: Risiko & Tips Aman

18 Agustus 2025
 

Stop Uploading Foto Pribadi ke ChatGPT. Serius, Stop! Bijaklah dengan apa yang kamu bagikan.

Percayalah, penulis paham betul—meminta chatbot AI mengubah foto kesayangan jadi karakter kartun whimsical itu memang seru banget. Godaannya nyata, tapi ya… risikonya juga ada.

Beberapa minggu lalu, kejadian persis seperti ini muncul saat acara kumpul keluarga. Salah satu kerabat dengan niat baik menunjukkan foto keluarga yang sudah diubah pakai AI. Rasanya perut langsung mules. Yang terlintas cuma satu: “Duh, foto itu udah nyebar entah ke mana sekarang… dan siapa tahu dipakai buat apa.” Penulis menasihatinya agar lebih hati-hati lain kali, tapi jujur? Nggak yakin peringatannya benar-benar nyangkut.

Masalah utamanya apa? Jawabannya simpel: ketidaksadaran. Pure, polos, dan tanpa filter.

DAFTAR ISI

Haruskah Kita Benar-Benar Upload Foto ke Chatbot?

Tolong banget, jangan asal unggah foto anak ke chatbot. Atau siapa pun, apalagi kalau belum ada izin. Kelihatannya memang nggak bahaya, tapi faktanya ada risiko privasi yang nyata. Dan itu bukan cuma buat kamu, tapi juga orang lain di foto tersebut.

Kita bisa saja tanpa sadar memberikan lebih banyak data dari yang dibayangkan, dan itu gampang terlupakan kalau lagi asyik main-main.


Pertanyaan yang Perlu Ditanya Sebelum Upload Foto

Sebelum memutuskan untuk mengunggah foto apa pun ke chatbot favoritmu, ada baiknya ngobrol dulu dengan diri sendiri dan tanyakan:

  • Foto ini sebenarnya bakal ke mana?

  • Bisa jadi dipakai buat melatih AI atau dibagikan tanpa sepengetahuanmu?

  • Ada detail di foto yang terlalu banyak memberi informasi? (Nomor rumah? Nama jalan?)

  • Sudah benar-benar paham isi kebijakan privasinya? (Jujur, udah baca belum?)

  • Semua orang di foto itu sudah setuju fotonya di-upload?

Apa yang Bisa Salah

Tujuan artikel ini bukan buat nakut-nakutin—AI memang bisa sangat membantu kalau dipakai dengan bijak. Tapi mengunggah foto pribadi bisa berbalik arah kalau kita lengah.

Ingat, foto bisa menyimpan lebih banyak informasi dari yang terlihat. Ada timestamp, data lokasi, bahkan mungkin alamat rumah. Informasi seperti itu jelas jadi tambang emas buat pihak yang salah.

Belum lagi risiko kebocoran data. Kalau fotomu bocor, bisa saja dipakai buat hal-hal mencurigakan. Contoh simpel: deepfake. Itu lho, ketika AI menempelkan wajahmu ke tubuh orang lain. Bikinannya gampang banget sekarang, hasilnya bisa kelihatan meyakinkan, dan dampaknya bisa gawat.

Masalah lain, begitu foto terkirim, kamu praktis nggak tahu lagi ia akan berakhir di mana atau disimpan bagaimana. Meski hilang dari chat, bisa saja masih ada salinannya di server. Bisa dipakai buat pelatihan, moderasi, atau hal lain yang kita nggak pernah tahu. Dan itu bagian yang paling bikin merinding: kita nggak tahu siapa saja yang bisa mengakses foto-foto tersebut.

Kamu Punya Kontrol Lebih Banyak dari yang Dikira

Kabar baiknya, kamu nggak sepenuhnya tanpa daya. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah membaca kebijakan privasi untuk tahu dengan jelas apa yang terjadi dengan data kita. Kebijakan yang transparan seharusnya bisa menjawab pertanyaan seperti:

  • Data apa saja yang mereka ambil? (pesan, foto, dll.)

  • Bagaimana cara mereka mengumpulkannya?

  • Berapa lama data disimpan?

  • Lokasinya disimpan di mana?

  • Bisa kita hapus?

  • Bisa opt-out dari data training?

OpenAI sendiri punya kebijakan privasi yang menjawab banyak hal di atas. Misalnya, kamu bisa mematikan riwayat chat agar percakapan tidak dipakai melatih sistem. Itu langkah bagus, meskipun tentu saja tidak 100% menjamin.

Kalau tetap ingin berbagi foto, setidaknya hapus metadata dulu. Bisa pakai aplikasi pihak ketiga seperti ExifTool, atau cukup screenshot ulang foto tersebut—biasanya data tersembunyi otomatis hilang.

Dan jangan lupakan satu hal penting: consent.

Anak-anak tidak bisa memberi izin. Titik. Aneh sekali masih ada yang belum memahami ini (halo, para pemilik channel keluarga di YouTube 👀). Selain itu, terlalu sering mengutak-atik foto juga bisa merusak cara kita memandang diri sendiri. Percaya diri bisa menurun drastis, apalagi buat anak yang masih dalam fase rapuh.

Kalau cuma ingin seru-seruan dengan AI, gunakan saja foto stok atau wajah hasil generator AI seperti This Person Does Not Exist. Aman, dan tetap bisa seru.

Jangan Anggap AI sebagai Teman

Chatbot memang terdengar ramah, tapi jangan lupa—mereka bukan temanmu. Kamu boleh bersenang-senang dengan AI, tapi jangan telan mentah-mentah semua jawabannya. Kadang bisa meleset, dan kalau terasa ada yang aneh, percayalah pada insting.

Intinya sederhana: jangan bagikan semua hal, apalagi foto pribadi. Bijaklah, waspada, dan tetap nikmati AI dengan cara yang aman.

 

Sumber: Ashley Biancuzzo (14 Agustus 2025).

Blog ini didukung oleh pembaca. Kami dapat memperoleh komisi afiliasi ketika Anda bertransaksi di tautan yang ditampilkan di situs ini. Ikuti kami juga di Google News Publisher untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru. Info lanjut, kolaborasi, atau kerjasama, bisa menghubungi: 0857-1587-2597 | 0813-8229-7207 | .

 

Foto Rizal Consulting
Full-time Freelancer
🗓️ Sejak 2006 💻 Sabtu - Kamis ⏰ 08-17 WIB ☎️ 0813-8229-7207 📧