SEO Sudah “Mati”? Hidup GEO!
Saat personal AI dan chatbot mengubah perilaku pencarian, kita — para marketer — perlu mengoptimasi untuk apa yang “diketahui” AI, bukan sekadar apa yang orang ketikkan.
“Laporan tentang kematianku terlalu dibesar-besarkan,” tulis Mark Twain saat koran menerbitkan obituari dirinya terlalu cepat.
Hal yang sama berlaku untuk Search Engine Optimization (SEO).
Di luar sana banyak yang mengklaim, “SEO sudah mati”, tapi realitasnya lebih kompleks. SEO tetap penting, hanya saja dominasinya yang menurun.
Kita sedang bergerak menuju GEO — Generative Engine Optimization. Ini bukan sekadar istilah baru. GEO akan menjadi jembatan vital bagi brand besar yang ingin tetap relevan, sekaligus kesempatan emas untuk pendatang baru dan challenger brand.
Sebagai pengingat konteks global: AI kian membentuk customer journey. Pelanggan kini meminta rekomendasi belanja dari ChatGPT, Gemini, Claude, dan Perplexity. Tidak lama lagi, personal AI/agents akan mengambil keputusan pembelian secara mandiri atas nama konsumen. Gartner bahkan memprediksi 25% pencarian akan melewati mesin tradisional pada tahun depan. Artinya, AI discovery bukan lagi “nice to have” — ini penentu survival brand.
DAFTAR ISI
- Mengapa Strategi SEO Kamu Baru Setengah Cerita
- Mulai dari Sini: Audit Apa yang “Diketahui” AI tentang Brand-mu
- Tiga Gerakan Kunci yang Membedakan Pemenang GEO
- Mengapa Menunggu Adalah Strategi Paling Berisiko
- Studi Mini: Dari “Nihil” ke “Direkomendasikan AI”
- Taktik Praktis Tambahan (Website & Blog)
- Glosarium Mini (Biar Satu Bahasa)
- Penutup: Bergerak Sekarang, Belajar Sambil Jalan
Mengapa Strategi SEO Kamu Baru Setengah Cerita
GEO mengoptimasi konten agar muncul di jawaban yang dihasilkan AI. Berbeda dengan SEO yang berfokus pada keyword matching, LLM (Large Language Models) menginferensi informasi dari pola di data latih. Pergeseran fundamentalnya begini: LLM memberi jawaban langsung dengan tautan, bukan daftar tautan menuju jawaban.
Ketika seseorang bertanya “brand skincare terbaik”, AI menarik pola statistik dari jutaan materi pelatihan. Jika brand kamu tidak menonjol di sumber-sumber yang “dipelajari”, di mata AI kamu nyaris tidak eksis.
Kabar baiknya, traffic dari GEO biasanya lebih berkualitas. Pengguna yang sudah melakukan riset via AI lalu tetap mengunjungi situsmu cenderung punya minat beli yang lebih kuat. Tapi syaratnya satu: AI harus menemukanmu terlebih dulu.
Lokalisasi konteks Indonesia: Bayangkan calon pembeli kita ngobrol dengan asisten AI di WhatsApp atau di ponsel: “Cari serum aman untuk kulit sensitif, budget 200 ribuan, ada di Tokopedia.” Jika kontenmu tak “terbaca” dengan baik oleh AI, rekomendasi akan mengarah ke kompetitor — bahkan jika di Tokopedia atau Shopee kamu sudah punya banyak ulasan.
Mulai dari Sini: Audit Apa yang “Diketahui” AI tentang Brand-mu
Karena GEO berlandas pada cara LLM memproses & mengambil informasi, langkah awalnya sederhana: audit apa yang “diketahui” model tentang brand-mu.
-
Tanyalah beberapa model (mis. ChatGPT, Gemini, Claude, Perplexity) soal perusahaanmu, produkmu, dan posisi kompetitif-mu.
-
Uji pertanyaan branded (“Ceritakan tentang [nama perusahaan]”) dan unbranded (“Solusi terbaik untuk [kategori]”).
-
Amati perbedaan hasil: ini mengungkap seberapa kuat asosiasi brand ↔ kategori di “ingatan” model.
Ingat, saat kamu menanyakan sesuatu kepada LLM, ia bukan sedang menelusuri database seperti mesin pencari klasik. Ia mengaktifkan jalur neural yang terbentuk saat training.
Analoginya mirip otak manusia: ketika mendengar “mobil aman” atau “liburan musim dingin”, kita otomatis mengasosiasikannya dengan brand tertentu. Tugas GEO adalah “melatih” LLM supaya mengasosiasikan konsep penting dengan brand-mu — sehingga probabilitas direkomendasikan saat ada query meningkat.
Prioritas pertama: tangani asosiasi berisiko tinggi — data kedaluwarsa, rekomendasi yang selalu mengarah ke kompetitor, atau isu reputasi yang mendominasi narasi brand.
“30-Menit GEO Audit” (Checklist Cepat)
-
5 menit: Tanyakan 3–5 pertanyaan branded & unbranded di 3 model.
-
10 menit: Petakan gap (klaim usang, fitur yang tak disebut, testimoni yang “tak terlihat”).
-
10 menit: Rancang perbaikan konten: FAQ, halaman perbandingan kompetitor, studi kasus, how-to.
-
5 menit: Bikin log baseline (jawaban model + link yang muncul). Ulangi tiap ada update konten besar.
Tiga Gerakan Kunci yang Membedakan Pemenang GEO
Gambar: AI membangun pemahaman lewat entitas dan relasi—bukan keyword.
Berikut tiga elemen yang — dari pengalaman implementasi sistem AI — kerap memisahkan GEO leaders dari yang lain:
1) Pahami Training vs Retrieval
Base model seperti GPT-4 memiliki cut-off data latih, sementara sistem retrieval-augmented seperti Perplexity dapat mengakses konten live. Pertanyaan strategis pertamamu:
Konten mana yang harus tetap “digated” untuk lead gen, dan mana yang sebaiknya dibuka agar terindeks & “terbaca” oleh kedua tipe sistem?
Praktik untuk website/blog Indonesia:
-
Buka: FAQ komersial (harga, garansi, pengiriman), halaman perbandingan (kamu vs kompetitor), resource hub (glosarium, definisi, SOP).
-
Gated: whitepaper premium, template siap pakai, atau training video lengkap (cukup publikkan ringkasannya agar tercatat).
-
Distribusi ringan: ringkasan artikel ke LinkedIn & Medium (set canonical ke blogmu), supaya signal discoverability makin kuat.
2) Optimasi untuk Pemahaman Semantik (Bukan Sekadar Keyword)
LLM meng-cluster konsep berdasarkan makna, bukan kata kunci kaku. Gunakan bahasa natural yang mencakup seluruh ruang konsep target audiens.
Alih-alih “enterprise SaaS solutions”, pikirkan pertanyaan manusiawi seperti:
“Software apa yang paling gampang dipakai buat atur proyek tim kecil?”
“Ada CRM ringan yang sinkron sama WhatsApp Business?”
Contoh lokalisasi query Indonesia:
“Harga toner wajah yang aman buat kulit sensitif di bawah 200k”,
“POS kasir yang bisa QRIS tanpa ribet”,
“Jasa social media management buat F&B rumahan”.
Tulislah konten yang mengajari AI siapa kamu, bukan hanya apa yang kamu jual. Masukkan use case, batasan, kompatibilitas, & konteks lokal (metode bayar QRIS/VA, pengiriman same day, integrasi WhatsApp, dll.).
3) Bangun untuk Ekstraksi Pengetahuan
SEO fundamentals tetap penting, tapi sistem AI makin sering mengekstrak relasi entitas untuk membangun knowledge base. Buat konten komprehensif & kaya yang menjelaskan:
-
Apa yang kamu lakukan,
-
Masalah apa yang kamu selesaikan,
-
Bagaimana kamu dibandingkan kompetitor,
-
Siapa yang sudah berhasil (studi kasus nyata).
Tambahkan struktur yang memudahkan ekstraksi: heading konsisten, tabel perbandingan, pros/cons, dan — bila siap — data terstruktur (schema). Lihat referensi schema.org untuk ide skema Product, FAQ, HowTo, Review.
Mengapa Menunggu Adalah Strategi Paling Berisiko
Jangan menunggu framework pengukuran yang sempurna. Bahkan para ahli AI masih menyusun best practice. Mulailah hari ini: tanyakan pada model-model top apa yang mereka “tahu” tentang brand-mu. Dokumentasikan responsnya secara berkala — terlebih setelah ada pembaruan model. Baseline ini akan sangat berharga dalam enam bulan ke depan.
Dan ingat, GEO bukan sekadar kanal pemasaran baru. Ini pergeseran cara berpikir tentang keterjangkauan (discoverability) di dunia yang dimediasi AI. Dataset training makin terkurasi dan berorientasi kualitas. Konten yang kamu terbitkan hari ini — atau yang diterbitkan kompetitor — membentuk bagaimana brand-mu direpresentasikan dalam model yang dilatih besok.
Jadi, pertanyaannya bukan “apakah GEO akan menggantikan SEO” — tapi apakah brand-mu akan ikut masuk percakapan.
Studi Mini: Dari “Nihil” ke “Direkomendasikan AI”
Bayangkan UMKM skincare lokal “Aurora Skin”:
-
Audit 30 menit: Model merekomendasikan 3 brand besar; Aurora tak disebut.
-
Perbaikan konten (2 minggu):
-
Buat FAQ: “Apakah aman untuk ibu hamil?”, “Beda AHA vs PHA”.
-
Halaman perbandingan: Aurora vs BrandX (kulit sensitif).
-
Studi kasus: testimoni dokter kulit lokal + foto before–after yang nyata & etis.
-
Glosarium: “niacinamide, ceramide, pH, patch test”.
-
-
Distribusi & sinyal: ringkasan artikel di LinkedIn, daftar marketplace (tautan balik yang relevan), kolaborasi dengan publisher niche.
-
Re-audit: Minimal salah satu model mulai menyebut “Aurora” di rekomendasi niche “toner sensitif <200k”.
Hasilnya? Sedikit tapi signifikan: walau trafik organik tidak meledak, rasio konversi dari sesi yang datang via rekomendasi AI naik karena intent lebih panas.
Taktik Praktis Tambahan (Website & Blog)
-
Bangun “hub” topik: 1 halaman pilar + 5–7 artikel turunan yang saling menaut.
-
Tulis seperti manusia: paragraf singkat, heading informatif, contoh nyata (Indonesia).
-
Buat Q&A khusus “penjelasan sederhana” (AI menyukai teks yang menjawab pertanyaan langsung).
-
Halaman perbandingan jujur: sebutkan kelebihan/kelemahan transparan.
-
Tampilkan author & kredibilitas: bio penulis, referensi, metodologi.
-
Data mini orisinal: survei kecil, hasil uji internal — meski sederhana, membedakanmu.
-
Kecepatan & aksesibilitas: halaman cepat, mobile-first, alt-text, dan struktur heading rapi.
-
Gunakan anchor text bermakna saat menaut keluar (mis. ke WPP saat menyebut peran Chief AI Officer, atau ke LLM di Wikipedia saat menjelaskan konsep).
-
Jaga reputasi: monitor brand mention, respon cepat, dan konsisten perbarui informasi inti (harga, stok, integrasi, syarat layanan).
Glosarium Mini (Biar Satu Bahasa)
-
GEO (Generative Engine Optimization): Strategi agar kontenmu terangkut & direkomendasikan di jawaban AI.
-
LLM (Large Language Model): Model bahasa besar yang menghasilkan teks dan menarik pola dari data latih.
-
Retrieval-Augmented: Sistem AI yang menarik konten live saat menjawab (bukan hanya mengandalkan memori training).
-
Entity/Knowledge Graph: Representasi entitas & relasi (brand–produk–fitur–problem–solusi) yang diekstrak AI.
-
Gated vs Open: Konten di balik form vs konten terbuka untuk discoverability.
Penutup: Bergerak Sekarang, Belajar Sambil Jalan
GEO tidak meniadakan SEO — ia meng-upgrade cara kita ditemukan. Mulailah dari audit sederhana, benahi asosiasi, lalu produksi konten yang “ramah ekstraksi”. Dengan ritme eksperimen–ukur–ulang, kamu tidak hanya ikut percakapan, tapi memimpin di dalamnya.
Artikel ini merupakan adaptasi dari opini Dr. Daniel Hulme (Chief AI Officer di WPP), “SEO is dead. Long live GEO?” yang terbit di The Drum pada 17 Oktober 2025.
Blog ini didukung oleh pembaca. Kami dapat memperoleh komisi afiliasi ketika Anda bertransaksi di tautan yang ditampilkan di situs ini. Ikuti kami juga di Google News Publisher untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru. Info lanjut, kolaborasi, atau kerjasama, bisa menghubungi: 0857-1587-2597 | 0813-8229-7207 | .
