Skip to main content
23 Jun 2025
# Topik
Ayo Terhubung

Bagaimana Teknologi Pengenalan Wajah Diam-diam Mengubah Hak-hak Sipil

23 Jun 2025
 

Teknologi pengenalan wajah diam-diam mengubah hak sipil kita. Pelajari risiko, penyalahgunaan data, dan cara melindungi diri dari sistem AI yang bias.

 

DAFTAR ISI

AI dan Hak Sipil: Siapa yang Diuntungkan, Siapa yang Dirugikan?

Di balik kemajuan teknologi artificial intelligence (AI), ada satu bahan bakar utama: data pribadi. Tapi bagaimana jika data itu tak hanya dipakai untuk rekomendasi film, melainkan menentukan siapa yang dapat pekerjaan, pinjaman rumah, bahkan akses ke layanan kesehatan?

AI bukan lagi sekadar alat bantu. Ia kini menjadi pengambil keputusan. Dan di tengah kecanggihan ini, muncul kekhawatiran serius: ketidakadilan algoritmik.

Dari Persetujuan Pribadi ke Dampak Kolektif

Dulu, isu data di internet masih berkisar pada hal-hal sederhana seperti notifikasi “Setuju dengan Cookies?” Sekarang, AI bekerja dengan mengumpulkan dan menggabungkan data banyak orang untuk menarik kesimpulan—yang kadang justru mengakar pada bias ras, gender, atau pandangan politik.

Privasi bukan lagi soal individu. Ini sudah masuk ke ranah kerugian kolektif.

Pengenalan Wajah: Efisiensi atau Eksploitasi?

Teknologi pengenalan wajah kini semakin marak dipakai—dari bandara, kantor polisi, hingga layanan pemerintahan. Dalihnya? Efisiensi. Tapi apa benar seefisien itu? Atau justru seberbahaya itu?

🚨 Risiko nyatanya mencengangkan:

  • 📸 Warga jadi terbiasa diawasi biometrik tanpa sadar (dan tanpa izin). 🚔 Salah identifikasi bisa berujung pada penangkapan orang yang tak bersalah, seperti yang terjadi pada Porcha Woodruff dan Robert Williams.
  • 🤖 Data biometrik bisa disalahgunakan, bahkan dipakai untuk kekerasan otonom berbasis robotik—mengingatkan kita pada sejarah kelam.

🧠 Istilah kunci: The Excoded—julukan bagi mereka yang tersisih, disalahwakili, atau dirugikan oleh sistem algoritma.

Dari Riset Menuju Perubahan Kebijakan

Berkat studi penting seperti Gender Shades dan Actionable Auditing, sejumlah perusahaan besar seperti Microsoft, Amazon, dan IBM menghentikan penjualan teknologi pengenalan wajah ke aparat penegak hukum.

Beberapa kota di dunia bahkan sudah melarang penggunaannya.

Tapi perlu dicatat: jangkauan AI kini makin luas—menjalar ke bidang pekerjaan, pendidikan, transportasi, dan kesehatan. Lebih parah lagi, teknologi generative AI sudah bisa menciptakan kloning biometrik sintetis yang membuka pintu bagi deepfake dan pencurian identitas.

Menjawab Eksploitasi AI dengan 4C

Para pakar menyarankan pendekatan Four Cs untuk melawan eksploitasi algoritma dan data pribadi:

  1. Consent (Persetujuan) – Pastikan data digunakan dengan izin eksplisit.
  2. Compensation (Kompensasi) – Kreator dan kontributor data harus dibayar dengan adil.
  3. Control (Kontrol) – Pengguna berhak mengatur bagaimana data mereka digunakan.
  4. Credit (Kredit) – Kreator harus diakui dan diberi hak atas karya mereka.

Tanpa 4C ini, profesi kreatif seperti seniman dan pengisi suara bisa digantikan AI tanpa persetujuan atau pengakuan.

Bias Otomatis dan Hilangnya Peran Manusia

Studi membuktikan bahwa banyak orang lebih mempercayai keputusan AI dibanding saran manusia—walaupun AI bisa salah. Fenomena ini disebut automation bias, dan sangat berbahaya bila menyangkut diagnosis medis, persetujuan pinjaman, hingga kebijakan publik.

🔍 AI bisa cepat, tapi bukan berarti selalu benar.

Regulasi Masih Mengejar Ketertinggalan

Eropa sudah selangkah lebih maju lewat EU AI Act, yang melarang penggunaan pengenalan wajah secara real-time di ruang publik.

Di AS, perintah eksekutif presiden sejalan dengan semangat ini, tapi masih terbatas pada proyek-proyek yang didanai pemerintah—belum menyentuh aspek legislatif yang lebih luas.

Yang belum ada? Mekanisme keadilan. Korban diskriminasi algoritmik masih kesulitan mencari ganti rugi atau keadilan hukum.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

💡 Langkah-langkah untuk mendorong keadilan algoritmik:

  • 🚫 Tolak penggunaan pengenalan wajah jika memungkinkan (contoh: di gerbang bandara).
  • 📜 Dukung regulasi yang melindungi hak biometrik, kreatif, dan sipil.
  • 📢 Laporkan insiden di platform seperti report.ajl.org.
  • 📚 Edukasi orang-orang di sekitar Anda—karena kesadaran kolektif = kekuatan perlawanan.

Kenapa Hal Ini Layak Diperhatikan?

Perkembangan AI akan menentukan siapa yang dapat kesempatan, keadilan, bahkan harga diri. Di tengah otomatisasi yang makin gila-gilaan, pekerjaan entry-level, karier kreatif, hingga kepercayaan publik sedang terancam.

📌 Kalau kamu punya wajah, kamu punya kepentingan dalam bagaimana AI dibangun dan dijalankan.

🔓 Artikel ini merujuk pada riset dan aktivisme panjang dari Dr. Joy Buolamwini, pendiri Algorithmic Justice League dan penulis Unmasking AI: My Mission to Protect What Is Human in a World of Machines.

Pesannya jelas: Tuntut sistem algoritmik yang melayani semua orang—bukan hanya segelintir.

 

Blog ini didukung oleh pembaca. Kami dapat memperoleh komisi afiliasi ketika Anda membeli melalui tautan di situs web kami. Ikuti kami juga di Google News Publisher untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru. Terima kasih.

 

 

Foto Rizal Consulting
Full-time Freelancer
🗓️ Sejak 2006 💻 Sabtu - Kamis ⏰ 08-17 WIB ☎️ 0813-8229-7207 📧